informasitips.com – Apakah anda sedang hamil, lalu kaget dengan hasil pemeriksaan tekanan darah anda yang tinggi? Padahal sebelumnya anda sehat-sehat saja dan bukan penderita hipertensi? Ya, hipertensi atau darah tinggi bisa saja menyerang anda saat anda hamil. Hipertensi saat hamil bisa berakibat fatal untuk diri anda dan janin. Oleh karena itu, jangan pernah remehkan hipertensi saat hamil ya.
Hipertensi atau darah tinggi didefinisikan apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga disebut sebagai “the silent killer”. Begitu pula pada hipertensi saat hamil, gejala hipertensi seperti sakit kepala, pusing, mual, pengelihatan kabur, tidak mutlak hadir! Mulai sekarang, ubahlah persepsi anda mengenai hubungan hipertensi dan sakit kepala, ya.
(Baca juga: Hipertensi (Darah Tinggi) Si Silent Killer yang Perlu Diwaspadai)
Tidak seperti hipertensi kronis yang efeknya terlihat setelah beberapa tahun, hipertensi pada kehamilan bisa berkembang menjadi preeklampsia. Dokter mendiagnosis adanya preeklampsia apabila hipertensi muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan pada pemeriksaan air seni, ditemukan adanya protein.
Menurut para pakar, penyebab pasti preeklampsia belum jelas, namun beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadinya preeklampsia adalah:
Jadi kesimpulannya, semua ibu hamil berisiko menderita hipertensi. Di RSCM (RS Cipto Mangunkusumo) saja, terdapat kasus preeklampsia sebanyak 400-500/4000-5000 persalinan pertahun. Jadi, ibu hamil perlu membaca artikel ini ya.
Bahaya Hipertensi (Darah Tinggi) Saat Hamil Bagi Janin
Hipertensi atau darah tinggi yang terjadi saat hamil bisa berkembang menjadi preeklampsia. Preeklampsia terjadi karena plasenta tidak tumbuh baik, sehingga aliran darah ke plasenta berkurang, lalu sebagian plasenta rusak karena kurang pasokan darah. Kerusakan tersebut mempengaruhi fungsi sistem pembuluh darah ibu dan keadaan janin. Makanan dan kebutuhan oksigen janin berasal dari plasenta. Kalau plasenta rusak, perkembangan janin bisa terganggu dan janin bisa lahir sebelum waktunya/prematur. Bayi yang lahir karena preeklampsia lebih kecil ukurannya dari bayi normal dan sulit bernapas normal karena paru-parunya belum sempurna.
Bahaya Hipertensi (Darah Tinggi) Saat Hamil Bagi Ibu Hamil
Pada preeklampsia, fungsi sistem pembuluh darah ibu terganggu, sehingga organ-organ tubuh yang banyak pembuluh darahnya seperti plasenta, hati, ginjal dan otak bisa terganggu fungsinya.
Semua komplikasi di atas bukan terjadi nanti-nanti saja, tapi pada saat anda hamil. Perlu diketahui bahwa risiko preeklampsia masih ada sampai 28 hari setelah persalinan. Sekitar 33% preeklampsia terjadi setelah proses persalinan, 79% diantaranya terjadi 48 jam setelah persalinan.
Gejala Hipertensi (Darah Tinggi) Saat Hamil
Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa gejala-gejala hipertensi tidak mutlak muncul, namun pada kasus preeklampsia berat yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg (misalnya tekanan darah 160/110 mmHg, tekanan diastolik adalah 110 mmHg), gejala-gejala yang dapat muncul, yaitu:
Mencegah Hipertensi (Darah Tinggi) Saat Hamil
Darah tinggi saat hamil bisa berbahaya bagi ibu hamil dan janin. Oleh karena itu, langkah terbaik adalah melakukan pencegahan agar tidak sampai terjadi kasus darah tinggi saat hamil. Untuk mencegah timbulnya hipertensi atau darah tinggi saat hamil, maka Anda perlu menghindari faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus timbulnya hipertensi. Anda dapat melakukan beberapa hal berikut ini, yaitu:
Mengatasi Hipertensi Saat Hamil
Bila anda sebelum hamil menderita hipertensi, anda harus sadar bahwa ada kemungkinan saat hamil akan menderita preeklampsia. Artinya, anda tidak boleh mengabaikan pemeriksaan rutin kehamilan! Konsultasikanlah kondisi Anda kepada dokter. Apabila wanita hamil yang sehat harus check up minimal 4 kali, maka untuk anda harus melakukan check up lebih sering lagi.
Ada baiknya sebelum hamil, anda menurunkan hipertensi dengan berolahraga, menghindari kegemukan, mengkonsumsi buah, sayur, dan berkonsultasi ke dokter. Menurunkan tekanan darah yang tinggi dapat menurunkan resiko preeklampsia. Bila anda bukan pengidap hipertensi kronis, tidak ada salahnya untuk tetap waspada. Pemeriksaan rutin dalam kehamilan merupakan tindakan terbaik untuk mendeteksi dini adanya preeklampsia. Jika dokter menyarankan untuk mengurangi aktivitas anda atau bahkan anda dilarang untuk bekerja, maka patuhilah. Kesimpulannya, jagalah tubuh tetap sehat sejak sebelum kehamilan dan patuhi nasihat dokter saat hamil.
——
Baca juga:
Penyakit Hipertensi (Darah Tinggi)
halo dokter…sy ibu dengan 3 putri, 36 th..melahirkan anak pertama normal, anak kedua dan ketiga melalui operasi bius total (tidak bisa bius lokal krn tidak bisa menyuntikkan obat bius lewat punggung krn punggung sy tidak lurus ato letter s) dan di operasi krn preeklamsia berat…pada waktu operasi itu langsung di steril, kata dokter berisiko untuk kehamilan berikutnya..oya anak saya yg ketiga sekarang berumur 3 th 6 bln..dan sekarang ini saya sudah telat 1 minggu (biasanya ga pernah telat yg ada maju) apa mungkin saya bisa hamil lagi…kalo hamil lagi bagaimana?..
Hallo dr… Saat melahirkan pertama saya eklampsia.. Anak saya meninggal karna sayang melahirkan pd waktu 6 bulan secara sesar,, dan yg saya ingin tanyakan gimana caranya supaya tdk terulang dan bagaimana pula bagus mana sesar secara horijontal atu pertikal karena saat. Di operasi sc secara horijontal dan dr pun tdk membicarakan sebelumnya.. Terimakasih